Sejumlah   ilmuwan menilai Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) 'tertipu'   dalam kasus blue energy (energi biru). Seorang pria asal Nganjuk, Joko   Suprapto, mengaku bisa memproduksi minyak mentah dari air. Dari biang   minyak itu bisa dihasilkan bahan bakar sekelas minyak tanah hingga   avtur. 
Presiden SBY yakin itu merupakan sumbangan Indonesia bagi  dunia, di  tengah makin meroketnya harga minyak. Sementara, negara  dibikin pusing  tujuh keliling oleh dampak dari kenaikan itu. Karuan  saja, sejumlah  pihak, termasuk para ilmuwan, menyesalkan informasi yang  belum valid  bisa diterima oleh SBY. Kabarnya Joko kini dilaporkan ke  polisi. 
Penipu 'masuk Istana' ternyata punya sejarah yang cukup panjang. Baiklah kita mulai pada tahun   1950-an, pada masa pemerintah Presiden Soekarno. Ada seseorang yang   mengaku Raja Kubu -- suku anak dalam di Jambi. Tidak tanggung-tanggung,   dia memberi gelar dirinya Raja Idrus dan istrinya Ratu Markonah. 
Pasangan  'suami istri' itu, entah bagaimana prosesnya, mendapat  pemberitaan  pers, termasuk foto-foto keduanya. Maka, sejumlah pejabat  negara  memberikan penghormatan luar biasa pada 'raja' dan 'ratu'  tersebut. 
Rupanya  ada seorang pejabat yang menghubungi Presiden Soekarno dan  kemudian  memperkenalkannya. Di Istana, 'suami-istri' yang sebenarnya  adalah  penarik becak dan pelacur itu sempat diterima sebagai tamu  kehormatan di  Istana Merdeka. Mereka juga diberi uang, menginap dan  makan gratis di  hotel-hotel mewah. Termasuk mengunjungi Kraton  Yogyakarta dan Surakarta. 
Kedok penipuan mereka terbongkar saat berjalan-jalan di Jakarta.   Ada seorang tukang becak yang mengenali 'Raja' Idrus, teman   seprofesinya di Tegal. Sedang sang 'maharani' juga terbongkar berprofesi   sebagai pelacur kelas bawah di kota yang sama. Konon, keduanya bertemu   di sebuah warung kopi di Tegal. Kemudian sepakat untuk menjalankan  aksi  penipuan itu. Keistimewaan Markomah selalu memakai kaca mata hitam  baik siang maupun malam. Rupanya sebelah matanya picek. 
Pada  masa Soeharto, di era 1970-an, juga terjadi penipu kelas  kakap.  Penipunya bernama Cut Zahara Fona, asal Aceh. Meski tidak tamat  SD, dia  memiliki ide jenius. Dia, yang selalu mengenakan kain batik,  mengklaim  bahwa janin yang ada diperutnya bisa berbicara dan mengaji. 
Karuan  saja, kabar itu menggegerkan masyarakat, apalagi diberitakan  secara  luas di surat kabar dan majalah. Konon, tiras sebuah harian  ibukota  terdongkrat naik, karena tiap hari membuat berita tentang 'bayi ajaib' di perut Cut Zahara. 
Masyarakat  yang banyak berdatangan pun rela untuk nguping di  perutnya yang  dilapisi kain untuk mendengar 'bayi ajaib' itu berbicara  atau mengaji.  Bukan hanya rakayat biasa, ada juga pejabat yang  meyakininya. Termasuk  Wakil Presiden Adam Malik yang mengundang Cut  Zahara ke Istana Wapres.  Bahkan, Menteri Agama KH Mohamad Dachlan  termasuk orang yang  meyakininya. Untuk meyakininya, ia menyatakan bahwa  Imam Syafi'ie selama  tiga tahun berada di kandungan ibunya. 
Cut Zahara Fona dan  suaminya pernah diperkenalkan oleh Sekdalopbang  (Sekretaris Pengendalian  Pembangunan) Bardosono kepada Presiden  Soeharto dan Ibu Tien Soeharto.  Perkenalan ini dilakukan di Bandara  Kemayoran setelah keduanya tiba dari  lawatan luar negeri. Tapi, rupanya  Ibu Tien termasuk orang yang kurang  yakin terhadap 'bayi ajaib'-nya  Cut Zahara Fona. Apalagi wanita Aceh itu  menolak ketika hendak  diperiksa di RSCM. 
Konon, Ibu Tienlah yang  menggeledah dan mendapatkan bahwa bicara  dan mengaji itu hanya berasal  dari tape recorder kecil yang disisipkan  di perut Cut Zahara. Kala itu  memang belum banyak perekam suara sekecil  milik Cut. 
Meskipun  kedoknya terbongkar, 'bayi ajaib' tersebut bukan hanya  mendapat  perhatian masyarakat Indonesia, tapi juga dunia internasional.  Hingga  ada permintaan dari Pakistan agar Cut dan suaminya berkunjung  ke sana.  Bahkan, ada yang meramal 'bayi ajaib' itu, bila lahir akan  menjadi Imam  Mahdi. 
Setelah tidak terdengar kasus Istana pada masa Presiden BJ  Habibie,  yang memang pendek masa jabatannya, pada masa Presiden  Abdurahman  Wahid (Gus Dur) kembali terjadi penipuan yang mengaitkan  Istana Negara.  Pelakunya adalah Soewondo, yang biasa keluar masuk Istana  karena jadi  tukang pijat Gus Dur. 
Orang yang dianggap 'dekat'  dengan orang nomor satu di Indonesia  itu berhasil menipu Yayasan Dana  Kesejateraan Karyawan (Yanatera) Badan  Urusan Logistik (BULOG) dan  dituduh membobol uang yayasan hingga Rp 35  miliar. Soewondo sempat  kabur, namun kemudian ditangkap polisi di  kawasan Puncak, Jawa Barat.  Pengadilan memvonisnya 3,5 tahun penjara. 
Kasus tersebut sempat  menyita perhatian khalayak dan menjadi  senjata pamungkas bagi  lawan-lawan politik Gus Dur, yang membantah  telah memerintahkan  pencarian dana itu. Namun, akhirnya Gus Dur lengser  juga dari jabatannya  gara-gara kasus yang dikenal dengan istilah  Buloggate tersebut. 
Pada  masa Presiden Megawati, skandal 'penipuan' kembali terjadi.  Kali ini  yang diperdaya adalah Menteri Agama Kiai Said Agil Almunawar.  Menteri  yang bergelar profesor dan hafidz Alquran ini memimpin  penggalian situs  di Batutulis Bogor yang diyakini memendam harta karun  yang nilainya  dapat untuk membayar seluruh utang negara. 
Menurut Said Agil,  Presiden Megawati mengetahui rencana penggalian  situs bersejarah yang  konon peninggalan Kerajaan Pajajaran itu. Sayangnya, harta karun yang dicari hanya pepesan kosong. Said Agil sendiri kini masih ditahan dalam kasus tuduhan korupsi uang haji. 
Moga-moga  penghuni Istana yang  menjadi lambang kebanggaan bangsa, negara dan  rakyat Indonesia, itu  tidak lagi menjadi korban penipuan 
sumber: http://karodalnet.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar